Hamdani Mulya adalah nama pena dari Hamdani, S.Pd. Lahir di desa Paya Bili, Kec. Meurah Mulia, Kab. Aceh Utara pada 10 Mai 1979.
Alumni Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah, FKIP,
Universitas
Syiah Kuala (Unsyiah). Menulis puisi dan artikel pendidikan di beberapa majalah dan surat kabar.
Karya Hamdani Mulya dipublikasikan di harian Serambi
Indonesia, Kutaradja, Waspada, Haba Rakyat, Majalah Fakta,
Santunan Jadid, Seumangat BRR, Meutuah Diklat, Jurnal Al-Huda, dan di beberapa website (blog) internet seperti:http://hamdanimulya.blogspot.com.
Puisinya juga terkumpul bersama penyair Aceh dan sastrawan Indonesia lainnya dalam antologi puisi Dalam Beku Waktu (2003), Paru Dunia (Saweu Pena Publisher, 2016), Yogja dalam Nafasku (Balai Bahasa Daerah Istimewa Yogyakarta, 2016), Aceh 5:03 6,4 SR (FAM, 2017), dan Gempa Pidie Jaya (Imaji, 2017).
Puisi Hamdani Mulya yang berjudul “Rindu dalam Damai di Bawah Payung Cinta” menjadi puisi favorit bagi juri dalam acara lomba menulis puisi “Damai dalam Sastra” yang diselenggarakan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa Unsyiah dan menjadi puisi kategori puisi terbaik juara I tahun 2003.
Pak Hamdani, panggilan akrab penulis kota Belahan Sungai Lhokseumawe ini sejak tahun 2006 menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan bertugas sebagai guru Bahasa Indonesia di MAN kota Lhokseumawe mulai tahun 2006 sampai tahun 2018. Dari tahun 2004 sampai 2011 mengasuh mata kuliah yang sama di STAIN Malikussaleh berstatus sebagai dosen luar biasa.
Hamdani Mulya sejak tahun 2018 sampai sekarang bertugas sebagai guru Bahasa Indonesia di SMAN 1 Lhokseumawe. Buah pikirannya tentang sastra, bahasa, dan pendidikan juga menjadi bahan rujukan skripsi mahasiswa STAIN.
Pada tahun 2005 Hamdani Mulya diundang oleh Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah, Depdiknas. Untuk ikut serta dalam seminar nasional guru seluruh Indonesia di Bogor. Karena cerpennya yang berjudul “Nahkoda Pelabuhan Air Mata” masuk dalam finalis lomba mengarang cerpen tingkat nasional.
Di ajang inilah ia berguru dan belajar menulis puisi beberapa saat kepada sastrawan nasional terkemuka Taufiq Ismail dan Sutardji Calzoum Bachri “Presiden Penyair” Indonesia.
Pendidikan dan latihan (Diklat) lain yang pernah diikutinya yaitu: Diklat Penyiaran Radio Baiturrahman FM di Banda Aceh tahun 2002, Diklat Guru Bidang Studi Bahasa Indonesia di Medan tahun 2006, Diklat Pra Jabatan PNS di Sigli tahun 2006, Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) di Lhokseumawe tahun 2007, dan Teacher Education and Training in Aceh (TETA) di Lhokseumawe tahun 2007.
Hamdani juga telah membacakan sealakadar puisi yang
ditulisnya di beberapa kota seperti
Lhokseumawe, Sigli, Banda Aceh dan Medan.
Kumpulan puisinya yang berjudul “Mengeja Alamat” dibacakan di radio Multi Suara FM Lhokseumawe dan puisinya “Syair Orang Sehat” juga dibacakan di Radio Republik Indonesia.
Di samping menjadi guru dan dosen kadang-kadang juga menjadi juri lomba menulis puisi dan cerpen tingkat siswa di Lhokseumawe.
Hamdani adalah penulis buku Cerdas Berbahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Unimal Press Lhokseumawe tahun 2011,
Penulis buku Bahasa indatu (Nenek Moyang) Ureueng Aceh yang diterbitkan oleh Afkaribook Banda Aceh tahun 2017 dan novel Pengantin Surga (Magzha Pustaka Yogyakarta, 2018).
Referensi : Jurnalpase.com
0 Comments