Hal yang paling kubenci adalah dusta
dan pendusta.
dusta adalah membedakan pernyataan
dari kenyataan, adapun pendusta adalah pelaku yang melakukan dusta.
pernah suatu hari aku terjebak,
dalam kata-kataku yang berbahasa kekampungan, kasar. Aku berkata, "Awak
nyoe batat-batat" (Red : Aceh)
Seorang guru sekolah membantah
dengan gaya bak seorang pendidik yang sukses, Ia berkata, "Jangan bilang
anak-anak itu batat, satu dua kali kita bilang batat, maka ia akan batat. tapi
bilanglah ia tidak shaleh,"
Sejenak hatiku tersentak, oleh
perbandingan yang diberikan, yang berbeda merk tapi tingkat keburukannya sama.
Lalu ia melanjutkan kata-katanya,
"Atau katakanlah dengan kalimat yang menunjukkan mereka baik, supaya
mereka menjadi baik."
Semakin membuat aku pusing, dengan
kata-kata guru tersebut yang seakan-akan ia tidak paham dengan peristiwa yang
sedang berlangsung, yaitu musyawarah, ya'ni mengumpulkan semua kekurangan,
hambatan untuk mencari jalan keluar secara seksama.
Ada dua gejala jika saya mengatakan,
"Anak-anak saya baik, atau rajin"
1. Sudah berdusta, karena kenyataan
tidak seperti itu.
2. Tidak ada jalan keluar, karena
semuanya baik-baik saja, bahkan yang buruk tetap terbiarkan dalam keburukan.

0 Comments